About Me

My photo
Saya adalah salah satu mahasiswa biasa yang kuliah di Universitas Swasta di Jakarta-Depok dengan hobi yang biasa . Uang jajan yang biasa . Tampang yang biasa . Sifat dan sikap seperti halnya laki-laki biasa . Porsi makan yang biasa dengan jam tidur yang biasa dilakukan oleh kebanyakan orang biasa ...
Powered by Blogger.
Thursday, October 21, 2010

Beras - Nasi [??]

Dhimas Widhiyanto 11110932 Sistim Informasi 1KA21





Hah ?? beras – nasi ? apaan sih ? ..


Nih saya kasih tau .. [tapi masa ga tau sih ?? ente dari planet mana gan ga tau yang namanya beras ama nasi ??? *Jayusnya kumat ^^* ] . hahaha ..

Baiklah,dengan segala rasa hormat tanpa mengurangi sedikitpun derajat manusia dimuka bumi ini *loh*, saya selaku pembuat tulisan dengan ini akan menjelaskan tentang apa itu beras dan apa itu nasi beserta beberapa filosofi yang saya ambil dari beberapa sumber sebagai referensi … ^^

Beras . Beras adalah bagian bulir padi [biasa sih disebut gabah] yang telah dipisah dari sekam . Sekam (Jawa merang) secara anatomi disebut 'palea' (bagian yang ditutupi) dan 'lemma' (bagian yang menutupi).

[Sekam ?? palea ?? lemma ?? apadah .. cari tau sendiri aja ya ^^ ]

Pada salah satu tahap pemrosesan hasil panen padi, gabah ditumbuk dengan lesung atau digiling sehingga bagian luarnya (kulit gabah) terlepas dari isinya. Bagian isi inilah, yang berwarna putih, kemerahan, ungu, atau bahkan hitam, yang disebut beras.

Beras sendiri secara biologi adalah bagian biji padi yang terdiri dari

  • aleuron, lapis terluar yang sering kali ikut terbuang dalam proses pemisahan kulit,
  • endosperma, tempat sebagian besar pati dan protein beras berada, dan
  • embrio, yang merupakan calon tanaman baru (dalam beras tidak dapat tumbuh lagi, kecuali dengan bantuan teknik kultur jaringan). Dalam bahasa sehari-hari, embrio disebut sebagai mata beras

Macam dan warna beras

  • Warna beras yang berbeda-beda diatur secara genetik, akibat perbedaan gen yang mengatur warna aleuron, warna endospermia, dan komposisi pati pada endospermia.
  • Beras "biasa" yang berwarna putih agak transparan karena hanya memiliki sedikit aleuron, dan kandungan amilosa umumnya sekitar 20%. Beras ini mendominasi pasar beras.
    Beras merah, akibat aleuronnya mengandung gen yang memproduksi antosianin yang merupakan sumber warna merah atau ungu.
    Beras hitam, sangat langka, disebabkan aleuron dan endospermia memproduksi antosianin dengan intensitas tinggi sehingga berwarna ungu pekat mendekati hitam.
    Ketan (atau beras ketan), berwarna putih, tidak transparan, seluruh atau hampir seluruh patinya merupakan amilopektin.
    Ketan hitam, merupakan versi ketan dari beras hitam.
  • Beberapa jenis beras mengeluarkan aroma wangi bila ditanak (misalnya 'Cianjur Pandanwangi' atau 'Rajalele'). Bau ini disebabkan beras melepaskan senyawa aromatik yang memberikan efek wangi. Sifat ini diatur secara genetik dan menjadi objek rekayasa genetika beras.

Sebagaimana bulir serealia lain, bagian terbesar beras didominasi oleh pati (sekitar 80-85%). Beras juga mengandung protein, vitamin (terutama pada bagian aleuron), mineral, dan air.

Pati beras tersusun dari dua polimer karbohidrat:

  • amilosa, pati dengan struktur tidak bercabang
  • amilopektin, pati dengan struktur bercabang dan cenderung bersifat lengket

Perbandingan komposisi kedua golongan pati ini sangat menentukan warna (transparan atau tidak) dan tekstur nasi (lengket, lunak, keras, atau pera). Ketan hampir sepenuhnya didominasi oleh amilopektin sehingga sangat lekat, sementara beras pera memiliki kandungan amilosa melebihi 20% yang membuat butiran nasinya terpencar-pencar (tidak berlekatan) dan keras .

Itu tadi tentang beras [ngambil dari Wikipedia :D ] sekarang kita bahas tentang nasi-nya !

Nasi

Nasi adalah beras (atau kadang-kadang serealia lain) yang telah direbus (dan ditanak). Proses perebusan beras dikenal juga sebagai 'tim'. Penanakan diperlukan untuk membangkitkan aroma nasi dan membuatnya lebih lunak tetapi tetap terjaga konsistensinya. Pembuatan nasi dengan air berlebih dalam proses perebusannya akan menghasilkan bubur.

Warna nasi yang telah masak (tanak) berbeda-beda tergantung dari jenis beras yang digunakan. Pada umumnya, warna nasi adalah putih bila beras yang digunakan berwarna putih. Beras merah atau beras hitam akan menghasilkan warna nasi yang serupa dengan warna berasnya. Kandungan amilosa yang rendah pada pati beras akan menghasilkan nasi yang cenderung lebih transparan dan lengket. Ketan, yang patinya hanya mengandung sedikit amilosa dan hampir semuanya berupa amilopektin, memiliki sifat semacam itu. Beras Jepang (japonica) untuk sushi mengandung kadar amilosa sekitar 12-15% sehingga nasinya lebih lengket daripada nasi yang dikonsumsi di Asia Tropika, yang kadar amilosanya sekitar 20%. Pada umumnya, beras dengan kadar amilosa lebih dari 24% akan menghasilkan nasi yang 'pera' (tidak lekat, keras, dan mudah terpisah-pisah).

Nasi dimakan oleh sebagian besar penduduk Asia sebagai sumber karbohidrat utama dalam menu sehari-hari. Nasi sebagai makanan pokok biasanya dihidangkan bersama lauk sebagai pelengkap rasa dan juga melengkapi kebutuhan gizi seseorang. Nasi dapat diolah lagi bersama bahan makanan lain menjadi masakan baru, seperti pada nasi goreng, nasi kuning atau nasi kebuli. Nasi bisa dikatakan makanan pokok bagi masyarakat di Asia, khususnya Asia Tenggara

Nah itu tadi beberapa hal tentang beras dan nasi .. terus gimana prosesnya dari beras bisa jadi nasi ?? .. cekidot !

[tapi yang ini khusus cara modern dengan magic com/ magic jar / apalah .. ]

1) Lama Pemanasan
Tau nggak kalau memanghangatkan nasi itu nggak boleh semalaman? Pemanasan yang berlebihan akan menyebabkan nasi cepat basi. Karena itulah tips pertama yang harus dilakukan adalah, menghindari pemanasan nasi pada malam hari. Biar nasi yang kita masak awet, lepas kabel magic com pada malam hari, dan pasang kembali di pagi hari sewaktu mau sarapan. Selain menghindari nasi yang basi, agan-agan juga bisa menghemat listrik. hehhehehe

2) Jenis Majic Com
Magic Com sendiri punya jenis jar yang berbeda. Jenis magic com dengan jar teflon memiliki keuntungan yaitu anti lengket. Namun sayangnya, jar jenis teflon memiliki kemampuan menyimpan bau.

Jenis stainless steel yang tidak anti lengket tidak menyimpan bau gan. Tapi konsekuensinya berat nih, cara membersihkannya susah. Nasi jadi nempel-nempel gitu di jarnya.

tips ane, pakai yang teflon aja. tapi, agan harus lebih pinter waktu nyicinya. jampurin sedikit perasan jeruk lemon atau kopi bubuk waktu nyuci. itu bisa membantu menghilangkan bau yang 'disimpan' oleh teflon.

3) Keadaan Pengeluaran Uap (steam Outlet)
Percaya nggak percaya, lubang kecil-kecil yang ada di magic com ternyata mengundang bakteri penyebab bau busuk gan. Ini dia alasan mengapa pemanasan terlalu lama perlu dihindari. Uap nasi yang penuh dengankarbohidrat menjadi daya tarik bakteri untuk membentuk koloni di steam otletnya. Metabolisme bakteri mengeluarkan uap air yang dapat menetes ke bagian nasi. Inilah yang menyebabkan nasi jadi basi, bau, menguning gan..

4) Jenis Beras
untuk yang satu ini, kita harus pinter mengetahui jenis beras apa yang kita gunakan. Ada beberapa jenis beras yang 'berani air', artinya memasak beras ini diperlukan air yang cukup banyak. tapi secara umum, air yang digunakan adalah satu lipat garis jari di atas takaran beras.

5) Tips Tambahan
Ini sih ane kagak tau alasan ilmiahnya. Tapi, menguningnya nasi dan basinya nasi dalam magic com bisa dihindari dengan penambahan perasan jeruk nipis gan.

jadi ketika nasi kita masak dalam magic com, dalam keadaan setengah matang (liat uap air yang kelur dari magic com mulai banyak), tutup magic com kita buka, terus tambahin aja perasan jeruk nipis.

1/2 perasan jeruk nipis = 1/2 L beras

Oke sekian tentang beras nasi dari saya *Loh* . hahaha . ga deng salah .. bukan begitu maksudnya . disini mungkin akan lebih membahas tentang filosofi atau filsafat atau yang semacamnya lah . karena dalam sebutir beras – maupun sepiring nasi pun memiliki hikmah-hikmah tersendiri yang [mungkin] bisa kita ambil dan di pelajari hikmahnya .. hmmm …

Sejujurnya saya bingung harus mulai darimana *halah* . tapi oke . kita mulai saja ..

Nasi putih, dikonsumsi oleh lebih dari 500 juta jiwa di Asia Tenggara sendiri. Mulai dari Indonesia, Singapura, Malaysia, Vietnam, Filipina, dan seterusnya.

Sebuah makanan dasar yang memenuhi kebutuhan karbohidrat kita, berwarna putih, berbentuk lonjong yang imut mengundang selera makan, rasa nikmat memberi kepuasan batin dan lahiriah. Tetap sedap jika dikonsumsi bersama lauk-pauk lain mulai dari tumis daging, sayur cah kangkung yang menggoda, telur goreng, tempe, tahu, bahkan sampai makanan mewah bak steak, babi panggang (maaf teman-teman muslim, tapi anda sekalian tahu bahwa saya sangat menyukai makanan yang mengandung babi), dan masih banyak lagi.

Nasi pun bisa dimasak sedemikian rupa menjadi sebuah santapan yang bisa dinikmati semua kalangan dimulai dari pemulung hingga presiden: nasi goreng, nasi kuning, nasi telur, nasi mentega, nasi gila, nasi kucing, dan masih banyak lagi.

Satu lagi kehebatan nasi yang saya berhasil pelajari sewaktu saya bertualang ke Jogjakarta bersama Ayah saya: Nasi, di manapun, kapanpun, dalam situasi apapun, bisa mengumpulkan sekelompok orang asing dalam sebuah meja makan dan melupakan perbedaan mereka dengan menikmati nasi dan makanan yang tersedia. Nasi itu hebat ya?

Tetapi, jika kita pikirkan bersama, sebutir nasi itu memiliki sebuah cerita tersendiri yang bisa kita ambil sebagai sebuah pelajaran hidup.

Semua itu dimulai dari tanaman padi… yang dipanen oleh para petani setelah menguning, dan dipukuli ke sebuah papan agar bulir-bulir padi itu bisa rontok dan dikumpuli. Setelah dikumpuli bulir-bulir padi yang rontok tersebut, mereka akan dibawa dan dituang kedalam sebuah lesung untuk sekali lagi, dipukuli oleh alu-alu. Bulir-bulir padi ini akan lepas dari kulitnya dan akan berubah menjadi butir-butir beras. Setelah itu, semua itu akan dikumpulkan, dikarungi dan dijual sebagai beras siap masak.

Nah, sekarang mari kita bayangkan jika beras itu adalah jati diri kita masing-masing. Dimulai dari awal pertumbuhan… pada saatnya akan ‘menguning’-matang dengan seiiringnya waktu. Pematangan ini pun tergantung dari kondisi tanah, yang bisa kita artikan kondisi lingkungan di mana kita tumbuh. Namun, ini pun juga bisa menjadi pelajaran, jika memang bibit padi itu sebuah bibit unggul, maka ia pun akan tumbuh dengan baik.

Setelah ‘matang’ maka kepribadian beras itu dicoba. Dibanting dari batang utamanya, mungkin ini bisa kita artikan ketika kita, sebagai remaja atau sebagai seorang individu, ‘dilepas’ untuk merantau di dunia nyata. Setelah kita semua ‘lepas’ dari batang utama kita, yaitu orang tua kita, maka kita dihentak, di’alu’ oleh kenyataan dunia. Setelah bulir-bulir padi itu lepas dari sekamnya, bisa kita artikan sebagai semua topeng dan apapun yang menutupi jati diri kita yang sebenarnya ‘terpecahkan’ atau ‘terkupas’ dan menunjukkan apa buah, apa inti sebenarnya.

tetapi hati-hati, karena terkadang sekam itu terlihat gemuk dan padat, namun bisa saja kosong, atau berisi beras yang busuk.

Beras itu pun siap masak dan siap untuk disantap.. Coba pikirkan bahwa semua ujian dan semua cobaan itu akan berhasil pada akhirnya akan menjadi sebuah pencapaian yang berarti bagi kita. Sebuah hasil akhir yang sangat memuaskan, yang sangat nikmat yang adalah diri kita sendiri.

Satu hal lagi yang kita semua bisa petik dari nasi adalah, nasi adalah nasi. Dari mana pun, nasi Jepang, Nasi Indonesia, Setra Ramos, Rojolele, Pandan Wangi, apapun, jika dimasak akan menjadi nasi.

Nasi goreng, nasi kuning, nasi kucing, apapun bumbunya, apapun warnanya, apapun rasanya bahan dasarnya adalah nasi.

Begitu pula kita manusia. Bagaimanapun kita menghias diri, menutup diri, menolak diri, membuat diri kita ‘pedas’, ‘asin’, ‘asem’, ‘manis’ (ramai rasanya), kuning, putih, coklat, merah kita adalah diri kita sendiri. Kita tidak bisa menolak kenyataan bahwa kita diciptakan sebagai kita sendiri.

Janganlah membuang waktu dengan mencoba menjadi makanan lain jika kamu memang diciptakan sebagai beras.

Jadi intinya, kita adalah diri kita sendiri. Di manapun kita berada, siapapun kita ini, peganglah teguh jati diri kita karena itu adalah kekuatan kita.

Jadilah sebuah bibit unggul, yang akan membuat sepiring nasi yang nikmat disantap.

Sepiring nasi. Tidak banyak. Tapi, di sana ada pelajaran hidup. Sepiring nasi mengajarkan tentang proses yang mesti di jalani dalam hidup dan kehidupan. Tidak ada yang langsung jadi seperti yang di kisahkan dalam cerita Seribu Satu Malam dengan lampu Aladinnya. Tidak ada Sim Salabim, tidak ada Abrakadabra. Kita tidak sedang hidup dalam dunia mimpi.

Untuk bisa menjadi sepiring nasi yang menemanimu saat pagi, siang dan bahkan malam. Nasi-nasi itu sebelumnya hanyalah bulir-bulir padi. Untuk menjadi bulir-bulir padipun, ia harus menerima serangkaian proses.

Petani menjadi pahlawan untuk setiap bulir padi itu. Dari ketika matahari mulai merangkak di langit timur, petani harus bangun. Sering hanya dengan sarapan segelas kopi. Petani menyandang pacul, turun ke sawah. Bermain dengan lumpur, lintah-lintahpun seperti gandrung mengganggunya, menghisap darah petani. Tanah-tanah persawahan di cangkul oleh sang pahlawan itu. Setelah menunggu sampai beberapa lama hingga bisa di tanami. Kembali, terjun ke sawah untuk menanaminya. Menjaga hingga beberapa bulan yang melelahkan. Tidak mengacuhkan matahari yang membakar, keringat yang mengucur deras. Hingga, kilau memancar dari setiap bulir padi di tengah persawahan. Sejuk dan sangat indah.

Burung-burung pipitpun terlihat begitu kegirangan, tak bisa menahan hasratnya untuk sekedar mencicipi beberapa biji padi. Sampai kemudian, tiba saatnya padi itu harus di pisahkan dari batangnya, di potong oleh petani dengan senyum sumringah oleh panen yang bakal ia tuai.

Untuk memotong juga tidak cukup dengan waktu yang sebentar saja, tapi sampai berhari-hari. Petani tidak menghitung, berapa ribu liter sudah peluh mengucur dari tubuhnya. Setelah selesai padi harus di bawa ke penggilingan. Padi itu di rontokkan kulit-kulitnya hingga berubah warna dari kekuningan menjadi putih. Namanya berubah menjadi beras, menggoda perut-perut yang lapar. Tapi, tentu saja, beras ittu tidak bisa langsung ditelan. Beras itu harus di cuci dan di panaskan di atas api.

Beberapa bulan yang lalu beras itu harus di panggang di bawah matahari. Setelah di panen, menjelang di giling juga harus di jemur di bawah matahari. Panas, dan untuk menjadi nasi juga harus menerima panas lagi dari api di tungku. Bulir-bulir beras itu musti rela kembali di bakar dengan api sampai menjadi nasi. Sebuah proses yang lumayan panjang.

Persis sama juga dengan ulat-ulat di dedaunan yang harus menjalani waktu yang tidak singkat untuk bisa menjadi seekor kupu-kupu yang meneduhkan pandangan.

Alam memberi pelajaran pada proses yang harus di jalani dalam hidup. Untuk bisa menerima sesuatu yang berharga, serangkaian kepahitan menjadi satu syarat. Keberhagaan hidup bukan hadiah tak berimbalan. Ia adalah buah dari setiap yang kita tabur. Satu piring nasi tidak bisa mengeyangkan ketika tangan masih enggan untuk terayun menyuapkan nasi itu ke rongga mulut.

Tak pelak, kesediaan menerima semua proses itu berjalan menjadi satu hal yang mutlak harus. Kita sendiri dulu hanyalah seorang bayi yang tidak berdaya, tidak memahami kenapa harus terlahir. Lahir tanpa membawa apa-apa. Telanjang saja berbaju lendir dan darah dari rahim ibu. Serangkaian proses telah menjadikan kita sebagai remaja dan kemudian dewasa. Kelak kita juga menjadi tua.

Namun, akankah kita membiarkan hidup berjalan begitu saja tanpa ada upaya untuk bisa membuat dan melakukan sesuatu yang berharga? Tentu, kita takkan menginginkan diri kita ini hanya lahir, hidup dan lantas mati. Karena pikiran dan segenap anggota tubuh yang telah di anugerahkan Tuhan sangatlah berharga. Kitapun yakin Ia ciptakan semua ini tidaklah asal jadi. Ia tahu yang kita butuhkan.

Kasihan sekali jika kita sampai hari ini masih belum tahu fungsi dari setiap inci anggota tubuh yang di beri-Nya. Taburlah harapan kebaikan. Pergunakan semua yang di berikan Tuhan dengan optimal, hingga kita bisa menghadirkn sesuatu yang BESAR untuk wajah bumi ini. Bisa di lihat oleh keturunan yang hidup di kemudiannya. Walau niat kita tidak sesederhana sekedar untuk mengundang decak kagum mereka. Melainkan kontribusi tulus yang di dedikasikan untuk perkembangan manusia masa depan secara keseluruhan.Terakhir, saya ingin katakan, setiap manusia yang sudah pernah berhasil, selain menerima dan menjalani begitu panjang proses. Juga mereka mengerahkan semua daya yang di berikan Tuhan. Semua titipan-Nya tidak di biarkan terbengkalai. Pengerahan semua daya itu menjadi harga untuk membayar sukses hidup yang di impikan. Berikan setengah maka anda dapatkan stengah, berikan semua maka anda akan dapatkan yang jauh lebih besar dari yang anda bayangkan.

Tambahan

Beras dan Kuliah … Apa hubungannya ???

Memang si beras dan si kuliah itu gak ada di dalam satu konteks yang sama. Udah Jelas beras itu bahan makanan dan Kuliah itu kegiatan. Tapi kalo disambung- sambungin akhirnya ada hubungannya kok. Untuk lebih jelasnya baca notes ini sampai selesai ya .

Beras ( asalnya dari padi, kepanjangan kalo diterusin), nasib dari si beras itu ada 3 yaitu jadi nasi, jadi bubur atau jadi rusak. Nah semua itu tergantung dari si ‘Empu-nya’ beras buat ngolahnya. Nah terus hubungannya sama kuliah apa?

Nah hubungan beras ama ’3 takdir beras’ itu adalah sama- sama ditentuin sama siapa yang mau ngejalanin kuliah itu. Orang yang mau kuliah bisa milih, dia mau jadi nasi, bubur atau beras yang rusak.

Kalo dia mau jadi nasi yang disukain banyak orang dia harus bener2 ngejalanin kuliahnya, ngejalaninya dengan enjoy gak beban dan satu lagi hal yang paling penting, yaitu dapet HASIL dari kuliahnya. Maksud HASIL itu adalah ilmu, baik ilmu formal yang didapet dari kuliahnya atau ilmu non-formal yang didapet dari pergaulan pas dia lagi kuliah.

Trus kalo misalnya dia jadi bubur, mungkin dia ngejalanin kuliah cuma sebatas tuntutan dari lingkungannya, ibaratnya tuh kayak pribahasa ‘hidup segan mati tak mau’,ga pas , ga nyaman , ga sreg sama kuliah yang dipilihnya . tapi akhirnya dia sadar apa yang udah dipilihnya itu udah gak bisa ‘direwind’ lagi [emang mp3 apa bisa di rewind .. :hammer: ], dan akhirnya dia berusaha buat bisa ngambil esensi dari kuliah ‘kepaksanya’ itu, meski cuma sedikit. Dan akhirnya dia pun bisa jadi bubur, meki dari bahan yang sama tapi dengan proses yang lebih lama dan kandungan zat yang lebih sedikit dari nasi.

Dan yang terakhir adalah jadi beras rusak, kalo ini udah kejelas, kuliahnya Gagal dan gak dapet sedikitpun HASIL dari kuliahnya. Biasanya ini dialamin sama orang yang kuliah cuma sebatas ngejar gengsi dan paksaan lingkungan, dia masuk kuliah, dia gak suka ama jurusannya, dia gak nge-click ama kehidupan kampusnya dan akhirnya dia gak enjoy buat kuliah, akhirnya cabut2an dan nilai gak bener, dan dia pun SUKSES jadi beras rusak yang tinggal dibuang aja.

Sumber :

Kabar Indonesia

http://ryanbhuled.wordpress.com/2010/08/06/cerita-beras-dan-kuliah-filosofi-beras-untuk-pendidikan/

Udah ya segitu dulu . kurang lebihnya mohon dimaafkan . namanya juga pemula yang amatiran :D . hahahaha …

Sekian

Wassalamualaikum Wr. Wb.

0 komentar: